Bhinneka Tunggal Ika : Pengertian, Fungsi, Makna dan Sejarah Lengkap

Posted on

Bhinneka Tunggal Ika – Hello para pembaca dosenpintar.com, kali ini kita akan membahas mengenai pengertian, sejarah, fungsi dan makna dari Bhinneka Tunggal Ika. Yuk simak langsung mengenai Bhinneka Tunggal Ika beserta ulasan lengkapnya di bawah ini.

1. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Diartikan dalam satu persatu kata, yaitu Bhinneka yang berarti beraneka ragam, diambil dari kata neka dalam bahasa Sansekerta yaitu macam. Kata tunggal yang memiliki arti satu dan ika yang berarti itu. Jadi secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika adalah beraneka ragam satu itu yang bermakna walaupun beraneka ragam tetapi bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Semboyan ini menggambarkan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, bahasa, ras dan agama mampu menjaga persatuan dalam persaudaraan bangsa dan negara.

 

2. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika

Adapun beberapa fungsi dari Bhinneka Tunggal Ika dalam berbangsa maupun bermasyarakat, yaitu :
1. Menciptakan dan menjaga kesatuan Republik Indonesia.
2. Membangun kehidupan nasional yang toleran.
3. Sebagai rambu-rambu peraturan dan kebijakan negara.
4. membantu mewujudkan cita-cita leluhur bangsa.
5. Membentengi perdamaian Indonesia.

 

3. Makna Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Sesuai dengan artinya yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, hal tersebut sangat menggambarkan keadaan Indonesia. Dimana negara ini memiliki banyak pulau yang terpisah, memiliki warga yang berbeda-beda dalam kepercayaan, ras, suku dan bahasa tetapi tetap satu Indonesia.

Baca Juga :  Peta Jawa Timur

 

4. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal ika adalah karya sastra agama atau Kakawin Jawa Kuno yang bernama Kakawin Sutasomo yang dikarang oleh Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara atau yang dikenal Raja Hayam Wuruk pada sekitar abad ke-14. Pada mulanya kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam sastra tersebut adalah bentuk rasa toleransi dari Mpu Tantular yang merupakan penganut Buddha Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan majapahit yang beragama Hindu-siwa.

Kerajaan Majapahit pada waktu itu dikenal memiliki keragaman masyarakat dari kepercayaan yang dianut dan orientasi bangunan yang berupa candi. Masyarakat Majapahit tidak hanya menganut agama Hindu dan Buddha, tetapi juga ada yang memuja roh-roh leluhur. Di dalam buku yang berjudul ‘meluruskan sejarah majapahit’ karangan Irawan Joko Nugroho, menyatakan bahwa Mpu Tantular adalah sosok yang terbuka pada agama lain terutama Hindu-Siwa. Ia adalah sosok yang memiliki pandangan tentang nilai-nilai agama secara luas. Hal tersebut terlihat dari kakawin Sutasomo, karyanya yang terkenal dan karya lain yaitu kakawin Arjunawijaya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diyakini merupakan hasil pemikiran cemerlang dari sosok Mpu Tantular, yang hingga pada masa itu kerajaan Majapahit mampu menyatukan Nusantara.

Sedangkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang Pancasila yang dirancang oleh Sultan Hamid II (1913-1978) pertama kali resmi digunakan dalam sidang kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 11 Februari 1950. Tokoh yang pertama kali mengusulkan penggunaan kata Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Republik Indonesia kepada Presiden Soekarno adalah Mohammad Yamin. Menurutnya, kutipan dalam karya Mpu Tantular tersebut sangat cocok untuk diimplementasikan dengan kehidupan pada saat itu, tidak hanya tentang perbedaan kepercayaan, tetapi juga tentang perbedaan sudut pandang ideologi, suku, ras, golongan dan etnik.

Baca Juga :  Panitia Sembilan : Latar Belakang, Anggota, Tugas dan Isi Piagam Jakarta

Sebelum itu, ketika sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berlangsung pada Mei-Juni tahun 1945, Mohammad Yamin beberapa kali menyebut kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Mohammad Yamin dikenal merupakan tokoh bahasa dan kebudayaan yang memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan Majapahit. I Gusti Bagus Suwira yang berasal dari Buleleng menyambung kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang dilontarkan oleh Mohammad Yamin dengan kalimat Tan Hana Dharma Mangrwa yang berarti tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Hingga akhirnya kalimat Tan Hana Dharma Mangrwa dijadikan sebagai motto Lembaga Pertahanan Nasional dan Bhinneka Tungga Ika menjadi semboyan Bangsa Indonesia.

Tetapi sebelum diusulkan menjadi semboyan negara, pada tahun 1888 Bhinneka Tunggal Ika diselidiki oleh Prof. Kerf dan disimpan di perpustakaan Leiden, Belanda. Tanpa semua sadari saat bangsa ini memerlukan sesuatu sebagai identitas negara ternyata sang semboyan negara itu telah ada sejak berabad-abad yang lalu hasil dari pemikiran cendekiawan yang hebat. Dan sudah melalui perjalanan panjang hingga diikrarkannya Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia.

Dalam maknanya Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mencintai, menghargai dan mengakui adanya keberagaman. Keberagaman tersebut bukanlah pemicu kehancuran, ketegangan atau keretakan, melainkan sebagai alat pemersatu bangsa.

Demikianlah artikel mengenai Bhinneka Tunggal Ika. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan bagi pembaca dosenpintar.com dan sampai kertemu lagi di artikel lainnya.