Teori Pembentukan Tata Surya

Posted on

dosenpintar.com – Ada beberapa teori yang menyatakan terbentuknya tata surya. Para ahli menamai teori-teori itu dengan nama teori nebula, teori pasang surut bintang, teori planetesimal, dan lain sebagainya.

Teori pembentukan tata surya

Pengertian tata surya adalah sekumpulan benda langit, yang terdiri atas matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet (merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, uranus dan neptunus), satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Terdapat enam teori yang menjelaskan pembentukan tata surya menurut para ahli, diantaranya adalah :

Teori Nebula atau Kabut

Teori nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg pada tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1775. Teori ini juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Karena itulah teori ini dikenal dengan nama Nebula Kant-Laplace. Teori ini menyebutkan, pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut itu terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimiliki, menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang sekarang dikenal sebagai matahari. Matahari raksasa menyusut dan berputar semakin cepat, cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi itu, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.

Baca Juga :  Portofolio : Pengertian, Cara Membuat dan Contoh Lengkap

 

Teori Pasang Surut Bintang

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain pada matahari.  Suatu keadaan bintang lain dan matahari yang hampir bertabrakan itu, menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain oleh gaya pasang surut  yang kemudian terkondensasi menjadi planet tetapi ada seorang  astronom menyangah hal tersebut  pada tahun 1929 Harnold membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi,  demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

 

Teori Planetesimal

Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Teori planetisimal mengatakan bahwa tata surya terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan matahari,  kedekatan bintang lain yang lewat dekat matahari  menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari,  ffek gravitasi bintang lain mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari  sementara itu sebagian besar materi tertarik kembali sedangkan sebagian lain akan tetap di orbit mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang disebut planetisimal, dan yang besar disebut sebagai protoplanet,  objek-objek tersebut terus bertabrakan dan kemudian membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

 

Teori Bintang Kembar

Teori ini diusulkan oleh astronom Inggris R.A. Lyttleton pada tahun 1956. Menurut teori bintang kembar, tata surya awalnya terbentuk dari 2 buah bintang kembar raksasa. Salah satu bintang dari bintang kembar itu kemudian meledak sehingga menghasilkan puing-puing dan debu. Hingga akhirnya berevolusi mengelilingi bintang yang satunya (matahari) dan membentuk planet-planet beserta benda-benda langit lainnya. Teori ini mengacu pada hasil penelitian, yang membuktikan bahwa pada sistem tata surya lainnya terdapat bintang kembar. Sehingga Lyttelton meyakini bahwa asal usul tata surya adalah dari hasil ledakan 2 buah bintang kembar. Dimana salah satu bintang meledak dan membentuk anggota tata surya, sedangkan yang tidak hancur menjadi pusat tata surya.

Baca Juga :  Ukuran Kertas F4 : dalam CM, Inci, MM, di Microsft Word

 

Teori Keadaan Tetap atau Steady-State

Teori keadaan tetap disampaikan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Foil dari Universitas Cambridge pada tahun 1948. Teori ini mengacu pada prinsip kosmologi sempurna, yaitu pernyataan bahwa alam semesta dimanapun dan kapan pun akan tetap sama. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penemuan galaksi baru yang mempunyai massa sebanding dengan galaksi lama. Sehingga ada anggapan, bawah alam semesta termasuk tata surya memiliki luas dan umur yang tak terhingga,  dalam teori ini, ketika galaksi bergerak menjauh satu sama lain, maka akan tercipta ruang yang kosong  dalam teori keadaan tetap atau steady state, ruang angkasa terus menghasilkan materi baru guna mengisi ruang kosong galaksi,  sehingga galaksi baru akan terbentuk untuk menggantikan galaksi yang bergerak menjauh.

 

Teori Awan Kabut atau Proto Planet

Teori tata surya selanjutnya adalah teori awan kabut atau proto planet yang diajukan oleh Carl von Weizsaecker dan disempurnakan oleh Gerard P. Kuiper sekitar tahun 1950. Teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya terbentuk oleh sejumlah awan gas yang sangat banyak. Gumpalan awan gas tersebut menyusut dan menarik partikel-partikel debu hingga berbentuk bola, kemudian memilin sehingga gumpalan bola itu berubah menjadi seperti piringan cakram. Pada bagian tengah cakram perputarannya lambat sehingga tekanan dan panasnya meningkat. Bagian tegah tersebut berubah menjadi matahari. Pada bagian pinggir cakram, perputaran terjadi dengan cepat. Sehingga terbentuk gumpalan-gumpulan dengan ukuran yang lebih kecil. Gumpalan itu lalu berubah menjadi planet-planet, asteroid, meteor atau meteorid, komet, dan satelit-satelit alami yang mengiringi planet.

 

Demikianlah artikel dari dosenpintar.com mengenai teori pembentukan tata surya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.

Baca Juga :  15 Ilmu Penunjang Geografi

Baca Juga :