Contoh Cerpen Persahabatan Singkat

Mari Selalu Bersama

Lia dan Dasky kenalan dari smp, mulai dari smp sampai kuliah sekarang mereka masih bersahabat baik meski sekarang mereka beda kampus. Pada suatu ketika Lia kehilangan uang untuk membayar UKT is sangat kebingungan dan menangis. Melihat itu Dasky sangat ingin membantu Lia namun dia juga tidak mempunyai uang segitu.

Mereka berfikir bagaimana mengatasi ini, mereka berjalan mengikuti jalan karena mereka sangat kesulitan menemukan jalan keluar. Sangat tidak mungkin jika Lia meminta uang lagi kepada kedua orang tuanya.

Tak lama mereka menyusuri jalan dengan sepeda motor mereka melihat anak muda yang berjualan di pinggir jalan, kerajinan tangan yang mereka jual sangat bagus. Dasky kepikiran bagaimana jika mereka menawarkan jualan anak itu untuk di pasarkan secara online, kebetulan lapak jualan online Dasky belum digunakan karena tidak memiliki produk.

Mereka berhenti tepat di depan mereka yang sedang berjualan. “ permisi” sapa Dasky. Kedua anak itu menyahut “ Cari apa mbak ?”. “ Maaf dek saya mau menawarkan bagaimana jika produk kalian kita pasarkan secara online, kita bagi keuntungan ?” Begitu penjelasan Dasky. Dengan berbinar kedua anak berjualan itu mengangguk setuju karena kebetulan mereka juga tertarik untuk berjualan online namun bingung bagaimana memulainya.

Singkat cerita, mereka berjualan dari hari kehari omset pemesanan selalu meningkat. Dalam dua minggu keuntungan sudah melebihi UKT yang dibutuhkan Lia. Ini sangat menguntungkan kedua belah pihak bahkan sangat amat menguntungkan.

Liburan Kenaikan Kelasku

Pembagian rapot dilaksanakan kemarin di sekolah. Aku telah dinyatakan naik ke kelas XII nilai yang lumayan baik untukku. Meskipun aku tak masuk rangking, namun aku tetap bahagia karna yang lebih penting aku bisa naik kelas dan tak remidi. Akhirnya aku pun bisa menikmati liburan panjang bahagia.

Telah lama terbayang olehku Ayah dan Ibu akan mengajakku liburan ke tempat wisata yang sangat menyenangkan seperti biasa. Bahkan, aku menyiapkan baju dengan perlengkapan lainnya mulai dari jauh-jauh hari. “Kali ini aku yang bakal liburan kemana ya?” Tanyaku di dalam hati. “Ah, kemana saja itu, yang penting liburan menyenangkan!”

“Ayah, Ibu, Bagaimana jika kita liburan semester ini ke Raja Ampat? Aku sangat ingin kesana” Ayah menantap ku sendu dan menjawab, “Nak, berlibur sama Ibu di rumah, ya kali ini. Soalnya, Ayah sedang ada tugas ke luar kota.” Aku kecewa mendengar pernyataan itu. Namun, aku hanya bisa menerima keputusan dari Ayahku.

Ibuku berkata bahwa aku boleh keluar rumah karena Ibu ingin ngajarin cara mengurus rumah, masak, nyuci serta bagaimana menyetrika baju selama libur di sekolah ini. Ibu mengajariku hal itu supaya aku dapat dengan mandiri suatu saat nanti kuliah atau kerja di tanah perantauan.

Plester Cinta

Bola basket mantul kesana-kemari ikuti ke arahan tangan remaja yang sedang asik sedang berebut dan berlari. Sorak-sorai gembira dengan histeris terdengar dari bangku oleh penonton.

Walaupun hari ini ada pertandingan basket remaja putri akan tetap kalah seru saat remaja putra main. Semua itu mereka lakukan karena cukup jago serta mampu membuat siapapun akan terpesona.

Priiiitt suara dari wasit meniupkan peluit itu akhirnya menggema.

“Medis medis! Tania terluka tolong” ujar wasit.

Seorang pria datang berlari membawa kotak berisi P3K. Pertandinganpun tak mau akhirnya akan dijeda terlebih dulu.

Tania akan pergi dibawa pinggir lapangan sehingga saat pertandingan mulai berjalan “Aku tidak kenapa-napa Do” ucap Tania ke Rido yang mengobati lukanya.

“Iya aku tahu, lain kali hati hati”

Tania cemberut “Terus misal aku penuh luka bakal enggak suka sama aku lagi ya?” ucap Tania.

“Tenang Tan, aku yang akan menjadi plaster” ucap Rido.

“Jika udah kelar diobatin kalian pacarannya ditunda dulu,” kata seorang pemain.

Tania kembali masuk lapangan untuk melanjutkan pertandingan dan memenangkan perlombaan ini.

Seragam Reka

Matahari pagi malu-malu untuk bersinar, justru embun dengan gampangnya menyeruak di pagi itu terasa lebih gelap dan dingin. Terlihatlah sosok remaja laki-laki sedang menggosok punggung tangannya untuk mereka memberikan sedikit rasa hangat. Seragam putih birunya tak membantu tubuhnya menjadi hangat. Namun dia masih bersyukur hujan tidak turun serta membuat seragamnya menjadi kusam.

Dia memerhatikan lampu lalu lintas saat lampu berubah jadi warna merah, Reka jalan nerobos lalu lintas untuk ia menjajakan koran. Tak jarang Reka nerima penolakan, dan bahkan ada yang memberi tatapan sinis untuknya. Sebenarnya apa yang sedang salah ? Ini pekerjaan halal bukan mencuri ataupun hal buruk yang lainnya.  “Woi Reka! Cepat udah masuk nih” ujar seorang remaja yang sebaya reka. Reka tersenyum “Iya, ini sebentar lagi gue nyusul ” ucap Reka sambil menyusuri jalan padat dengan kendaraan. Saat udah di pinggir jalan Reka memasukkan sisa korannya ke tas. Walau masih sisa banyak, Reka harus bersyukur karena hari ini sebesar inilah rezekinya.

Indigo Juga Manusia

Ketika duduk diam seorang remaja putri di bangku paling belakang ujung. Semua itu karna dirinya berbeda serta masih banyak orang yang tak terima dengan perbedaan yang ada itu. Lea berusaha supaya tak mempedulikan tatapan dari teman-temannya yang sedang menatapnya dengan aneh.

“Alea Pramanda”

Lea berdiri “Saya ibu” ucap Lea.

Seketika kelas gaduh serta menatap Lea dengan tatapan penuh rasa kebingungan.

Mata tajam dingin pun langsung memandangi Lea dari arah bangku pahlawan tanpa tanda jasa itu “Anak baik, dipanggil ibu harusnya jawab seperti itu ya” ucap wanita itu yang sebelum pada akhirnya matanya telah memelotot dan seketika darah mulai mengalir dari arah mulutnya.

“Lea duduk” ujar seorang guru dengan baru aja buka pintu.

Namun terlambat, teman Lea yang ada di depan tiba-tiba kejang-kejang. Akhirnya perlahan namun pasti semua murid pun berteriak dengan histeris serta hanya menyisakan Lea dengan guru yang baru saja datang.

Lea pun ketakutan tapi guru itu berusaha menenangkannya “Lea tak apa, ibu ada di sini, kamu bisa bantu teman-temanmu yang lain kah? Sekali ini aja Lea tolonglah”

Sebenarnya Lea tidak mau untuk tolong mereka, minggu yang lalu Lea hampir dikeluarkan dari sekolah karena mereka tiba-tiba berdemo untuk Lea pergi dari sekolah.

Lea tak pernah minta untuk ia dilahirkan berbeda, Lea Cuma mereka tahu aja bahwa walaupun Lea itu seorang indigo, tapi Lea itu tetaplah manusia.

Langkah Lea menyelinap menuju kerumunan teman-temannya yang menjerit-jerit. Lea pun menghentikan langkahnya pas deoan sesosok makhluk yang selalu di benci oleh Lea, sesosok makhluk yang menyusahkan Lea.

“Pergi kamu!!!!” ucap Lea ketia di depan makhluk yang dapat menimbulkan kegaduhan satu sekolah itu.

Tenaga Lea berasa tidak terserap serta tubuhnya kini benar-benar lemas, pada akhirnya Lea pun jatuh pingsan serta tak sadarkan diri karena ia kelelahan.

Lea kadang sering juga berharap matanya tak terbuka jika hanya untuk melihat mereka yang tak sama dengan mereka. Rasanya sudah sangat lelah. Namun kenyataanya Tuhan masih dapat berikan Lea umur yang panjang.